“Kriiinnngg!!!”
Bel tanda istirahat berbunyi. Orihime duduk sendiri
di tempat duduknya, sembari membuka bekal makanan yang telah disiapkan oleh
ibunya. Orihime tidak pernah ke kantin. Teman-temannya berpikir bahwa Orihime
memiliki selera yang berbeda dengan teman-temannya yang cenderung senang ke
kantin. Namun, alasan yang sebenarnya lumayan lucu: Orihime tidak begitu paham
cara berkomunikasi ketika sedang membeli sesuatu. Itulah sebabnya ia lebih
senang membawa bekal dari rumah daripada membelinya di kantin sekolah.
Noriben buatan ibunya sangatlah lezat. Namun, sangat
disayangkan bahwa kelezatan tersebut tidak bisa memancing seorang Orihime untuk
tersenyum, bahkan sedikit saja. Ia makan dengan membisu, sambil sesekali
melihat ke arah luar jendela.
Tiba-tiba ia larut dalam lamunan. Lamunan tentang
seseorang yang kala itu benar-benar menyita pikirannya.
Hikoboshi. Orihime merasa bingung, mengapa ia jauh
berbeda dengan Hikoboshi? Mengapa Hikoboshi yang sederhana bisa dengan mudah
menebar senyum kepada semua orang, sementara dirinya...? Yang lahir dan besar
ditengah keluarga berada? Yang seluruh keinginan dan kebutuhannya dapat
terpenuhi, bahkan berlebih?
Orihime diam-diam merasa iri dengan Hikoboshi. Ia
mendapati bahwa kesenangannya selama ini tidak terletak pada harta benda yang
ia miliki. Ia ingin menjadi seperti Hikoboshi. Ceria dan penuh semangat.
“Kojima-san!”
Orihime terkesiap. Rupanya Kazuo yang barusan
memanggil dirinya.
Nakamura Kazuo adalah ketua kelas di kelas 1. Ia
merupakan seorang pribadi yang sangat tegas, namun tak jarang juga ia bisa
bersikap konyol. Apalagi bila sudah bergabung dengan teman-teman satu geng nya, yaitu Watanabe Naoki dan Ikeda
Kenichi. Sumber kebisingan berasal dari mereka bertiga, sehingga tak heran jika
guru-guru sering memisahkan mereka ketika pelajaran sedang berlangsung.
“Kazuo..ada apa?” tanya Orihime.
Kazuo tersenyum hangat, “Tidak apa. Kulihat kau
melamun menatap keluar jendela. Apa ada yang menarik diluar sana sehingga
menyita perhatianmu?” Kazuo bertanya sambil melihat ke arah luar jendela.
Namun, ia mendapati bahwa tidak ada yang menarik untuk dilihat. Hanya lapangan
yang kosong karena saat itu tidak ada jam olahraga. Itu saja.
Orihime menjawab sembari mengunyah noriben di
mulutnya, “Tidak ada. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.”
“Maksudmu memikirkan kak Mori?” Kazuo melempar
pertanyaan yang seketika membuat Orihime terkejut, hingga tersedak makanan. Ia
pun buru-buru meminum air mineral yang ia bawa. Setelah kondisi membaik, ia pun
memandang Kazuo dengan mata melotot.
“Hey..jangan sembarangan bila berbicara. Mengapa kau
tiba-tiba berpikiran seperti itu?!” nada suaranya agak meninggi.
Kazuo mengangkat bahu, “Aku hanya bertanya. Kalau
boleh aku jujur, Kojima, kurasa terlalu dekat bila kau dan kak Mori hanya
sebatas kakak dan adik kelas. Apa kalian punya ikatan khusus?”
Orihime tidak menjawab. Ia kembali makan dengan
sunyi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Rasanya tidak penting bila harus
memberitahu Kazuo bahwa ia dan Hikoboshi adalah sepasang sahabat.
Namun, pikiran Kazuo rupanya melompat terlalu jauh.
“Kau jatuh cinta dengannya, ya?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar